Pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2019 Mahasiswa D3 Teknik Sipil 2017 Univeristas Jember melaksanakan Kuliah Lapangan ke Bendung Bedadung Desa Rowotamtu Kabupaten Jember. Kegiatan mahasiswa ini didampingi oleh Dosen Teknik Sipil Universitas Jember, Ibu Dr. Ir. Entin Hidayah, MUM, Bapak Dr. Gusfan Halik, S.T., M.T., dan Ibu Wiwik Yunarni Widiarti, ST, MT. Kegiatan kuliah lapangan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi real bangunan air di lapangan, dan mengetahui mekanisme dan prosedur dari setiap komponen bangunan air. Diharapkan dengan adanya kuliah lapangan ini dapat memberikan informasi tambahan terkait pelajaran secara teoritis dilapangan sesuai dengan mata kuliah Konstruksi Bangunan Air. Dalam kegiatan kunjungan ke lokasi bendung, mahasiswa disambut dan diterima oleh Bapak Suut Mulyanto sebagai Koordinator Sumber Daya Air Bangsalsari dan Bapak Sugipto sebagi Juru Bendung Bedadung.
Dalam kunjungan lapang di bendung bedadung ini dilakukan di 5 (Lima) titik dimana titik pertama di bendung utama (Desa Rowotamtu), titik kedua di hilir saluran kantong lumpur (Desa Rowotamtu), titik ketiga di hilir saluran induk (Desa Curah Malang), titik keempat yaitu sipon yang terletak di saluran pemba di saluran primer 1 (Desa Sukoharjo), dan titik kelima yaitu bangunan bagi sadap (Desa Curah Malang).
1) Titik Pertama (Bangunan Bendung Utama)
Bendung Bedadung merupakan bangunan air yang terdapat di aliran sungai bedadung, yang difunsikan untuk melayani kebutuhan air di persawahan (Irigasi). Bendung Bedadung tersebut diangun oleh Bangsa Belanda pada tahun 1911 di era kekuasaannya. Bendung ini mampu melayani air dengan baku sawah sebesar 13.245 Ha, digunakan untuk sawah yang tersebar di 25 desa di 5 kecamatan. Dalam aturan, sebenarnya Bendung Bedadung ini dikelola oleh tingkat puasat karena memiliki baku sawah baku layanan lebih dari 3000 Ha.
2) Titik Kedua (Kantong Lumpur)
Pada titik kedua ini berada di desa rowotamtu berjarak kurang lebih 400m dari lokasi bending utama. Kantong lumpur berfungsi untuk menangkap sedimen berupa lumpur yang terbawa masuk melewati intake dari sungai bedadung. Dititik kedua ini terdapat dua bangunan air yaitu pintu pembilas dan pintu masuk air dari saluran kantong lumpur menuju saluran induk.
Pintu pembilas terdiri dari 5 pintu, namun karena factor kerusakan pintu pembilas ini hanya 3 saja yang dapat beroprasi. Pintu pembilas bekerja dalam siklus musim hujan dimana banjir terjadi di sungai bedadung, yaitu terjadi pada bulan Desember-Februari dengan periode kuras 1 kali dalam 1 minggu, dan pada bulan Maret-April dengan periode kuras 2 kali dalam 1 bulan.
3) Titik Ketiga (Saluran Induk)
Pada titik ketiga ini berada di ujung saluran induk dimana pada saluran induk tersebut terdapat tiga bangunan bagi bedadung dan satu bangunan pembilas yang terhubung langsung ke Sungai Bedadung. Bangunan bagi tersebut terdiri dari Bangunan (Saluran) Bagi Primer Timur, Bangunan (Saluran) Bagi Primer Utara, dan Bangunan (Saluran) Bagi Primer Barat. Sedangkan bangunan pembilas tersebut terdiri dari empat pintu air. Pintu pembilas berbentuk vertikal berbahan kayu dengan memiliki tranmisi diatasnya untuk mempermudah mengagkat dan menurunkan pintu. Air yang semula melewati saluran kantong lumpur kemudian masuk ke saluran induk bedadung dengan baku sawah 13.245 Ha. Air yang akan dialirkan dari saluran induk ke saluran primer diatur dengan pintu pembagi sesuai dengan kebutuhan.
4) Titik Keempat (Bangunan Sipon)
Titik keempat pada kunjungan lapangan ini adalah bangunan sipon. Sipon adalah saluran irigasi yang memotong melewati bawah sungai utama. Pada konsep saluran irigasi untuk memotong sungai utama yaitu konsep talang dan sipon. Perbedaan sipon dan talang adalah cara memotong sungai utama. Jika sipon melewati bawah sungai, talang melewati atas sungai. Di desa ini memilih konsep sipon karena tidak memungkinkan jika menggunakan talang. Konsep talang tidak cocok karena dikawatirkan terjadi kerusakan pada talang itu sendiri ketika sungai utama bedadung dalam kondisi banjir.
5) Titik Kelima (Bangunan Bagi Sadap)
Titik kelima adalah kunjungan ke bangunan bagi sadap. Perbedan bangunan bagi dan bangunan sadap adalah tujuan pengalirannya. Jika bangunan sadap mengalirkan air ke saluaran tersier, sedangkan bangunan bagi mengalirkan air ke saluran sekunder.Bangunan bagi pada saluran tersier utara memiliki bangunan ukur (Pile Scale) dengan tipe grepel. Bangunan ukur membantu juru pintu untuk mengatur debit. Jadi, cara juru pintu menentukan debit yang akan dialirkan ke saluran tersier adalah dengan melihat tinggi muka air pada bangunan ukur, kemudian ketinggian tersebut di masukkan pada table yang nantinya dapat diketahui berapa nilai debit yang mengalir.